Pembelajaran 3 Tema 8 Subtema 3 Gembira Tempat Tempat Tinggalku

Aku tinggal di tempat perbukitan. Mau tau kondisi daerahku?

Aku tinggal di tempat perbukitan. Udara di sekitar tempat tempat tinggalku sangat sejuk dan dingin. Pemandangannya sangat indah. Di daerahku banyak sekali pepohonan yang tumbuh. Jalanan di sekitarku berkelok-kelok. Tanah di daerahku berundak. Pagi hari saya dibangunkan bunyi ayam berkokok. Di pagi hari ayahku berangkat ke kebun. Di kebun, ayahku menanam sayuran. Aku sering membantu ayahku berkebun. Aku juga punya ternak kambing. Aku dan teman-temanku menggembala kambing ke padang rumput.

Bagaimana kondisi tempat pegunungan?
Kondisi tempat pegunungan sangat sejuk dan dingin, pemandangannya juga indah. Di tempat pegunungan banyak sekali pepohonan dan jalannya berkelok-kelok,

Apa yang akan kau lakukan jikalau kau tinggal di daerahku? Akau akan kek kebun membantu ayah bekerja.

Pekerjaan apa saja yang ada di tempat perbukitan? Petani

Di daerahku ada legenda yang sangat terkenal, di antaranya legenda Gunung Batu Habu. Legenda ini berasal dari Kalimantan. Mau tahu ceritanya lebih lanjut? Bacalah teks berikut!

Legenda Gunung Batu Habu
Dahulu kala hiduplah seorang ibu miskin bersama putranya. Suami ibu itu telah meninggal dunia. Nama ibu itu Nini Kudampai, sedangkan nama putranya Angui. Mereka tidak mempunyai keluarga erat sehingga tidak ada yang membantu meringankan beban anak beranak itu. Walaupun demikian, Nini Kudampai tidak pernah mengeluh. Ia bekerja sekuat tenaga untuk menghidupi anaknya.

Suatu hari Angui bermain di halaman rumah. Saudagar Keling melintasi rumah Angui. Sang saudagar sangat tertarik dengan ketampanan Angui. Ia berpikir bahwa Angui akan mendatangkan keberuntungan.

Walaupun telah merelakan kepergian anaknya, Nini Kudampai tidak sanggup menyembunyikan rasa harunya ketika akan berpisah. Kesedihan dan keharuan kian bertambah ketika Angui meminta biar ketiga binatang sahabat bermainnya selama ini dipelihara sebaik-baiknya oleh ibunya.

Saudagar Keling pulang ke negerinya dan tiba dengan selamat bersama Angui. Angui diasuh dan dipeliharanya, tak ubahnya memelihara anak kandung. Angui hidup bermanjamanja lantaran keinginannya selalu dikabulkan orang renta asuhnya. Kemanjaan itu berakibat buruk kepadanya. Ia lupa diri dan menjadi anak nakal, pemalas, serta pemboros.

Saudagar Keling merasa tidak bisa lagi menjadi orang renta asuh Angui. Saudagar Keling itu tidak mau mengasuhnya lagi.

Angui amat meratapi kelakuannya selama ini. Apa dayanya lantaran sesal kemudian tiada guna. Ia hidup luntang-lantung tiada arah. Kesempatan baik telah disia-siakannya.

“Aku harus menjadi insan yang berhasil,” katanya.

Ia menanggalkan perilaku malasnya dan mau bekerja membanting tulang. Ia tidak merasa aib melaksanakan pekerjaan apa pun, asal pekerjaan itu halal.

Beberapa tahun kemudian, berkat kerja keras dan kejujurannya dalam bekerja, ia menjadi seorang saudagar kaya.

Meskipun sudah kaya, Angui sering terkenang kampung halamannya. Ia amat rindu kepada ibunya, Nini Kudampai. Ia juga teringat pada babi putih, anjing putih, dan ayam putih, ketiga sahabat bermain yang disayanginya.

Berita kembalinya Angui dan istrinya, putri Raja Keling, dengan naik kapal segera tersiar ke seluruh penjuru. Nini Kudampai pun mendengar dengan penuh rasa syukur dan sukacita. Apalagi kapal putranya itu konon merapat dan bersandar tidak berapa jauh dari kediamannya.

Nini Kudampai pun berseru melihat Angui berdiri berdampingan dengan istrinya di atas kapal, “Anakku!”

Sebenarnya, Angui mengenali ibunya dan ketiga binatang piaraannya. Akan tetapi, ia aib mengakuinya di hadapan istrinya lantaran penampilan ibunya sangat kumal. Jauh berbeda dengan ia dan istrinya. Ia memalingkan muka dan memberi perintah kepada anak buahnya, “Usir wanita buruk itu!”

Ibu yang malang itu segera pulang ke rumah. Tiba di rumah, Nini Kudampai memohon kepada Yang Mahakuasa.

Belum pecah riak di bibir, begitu selesai Nini kudampai memberikan permohonan kepada Tuhan, angin ribut pun mengganas. Petir dan halilintar menggelegar membelah bumi. Gelombang menggulung kapal bersama Angui dan istri serta anak buahnya. Kapal dan segenap isinya itu terdampar di antara Tambarangan dan Lawahan. Akhirnya, kapal dan isinya menjelma batu.

Itulah kini yang dikenal sebagai Gunung Batu Hapu, yang telah dibenahi pemerintah menjadi objek pariwisata. Setiap saat, terutama hari libur, tempat itu banyak dikunjungi orang.

Dari kisah yang kau baca, tuliskan unsur-unsur kisah pada gambar berikut!

Unsur-unsur Cerita Karya Sastra
Karya sastra disusun oleh dua unsur yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, menyerupai tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar dan pelataran, dan sentra pengisahan. Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain.

Unsur Intrinsik
1. Tema dan Amanat
Tema ialah duduk kasus yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Tema mayor ialah tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor ialah tema yang tidak menonjol.

Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi duduk kasus di dalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi makna niatan dan makna muatan. Makna niatan ialah makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah makna yang termuat dalam karya sastra tersebut.

2. Tokoh dan Penokohan
Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, tapi biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh yaitu tokoh datar (flash character) dan tokoh lingkaran (round character).

Tokoh datar ialah tokoh yang hanya memberikan satu segi, misalny6a baik saja atau buruk saja. Sejak awal hingga final kisah tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh lingkaran yaitu tokoh yang memberikan banyak sekali segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Kaprikornus ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini.

Dari segi kejiwaan dikenal ada tokoh introver dan ekstrover. Tokoh introver ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadarannya. Tokoh ekstrover ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya.

Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protagonis dan antagonis. Protagonis ialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra lantaran sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra lantaran sifat-sifatnya.

Penokohan atau perwatakan ialah teknik atau cara-cara menampilkan tokoh. Ada beberapa cara menampilkan tokoh. Cara analitik, ialah cara penampilan tokoh secara eksklusif melalui uraian pengarang. Kaprikornus pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh tersebut secara langsung. Cara dramatik, ialah cara menampilkan tokoh tidak secara eksklusif tetapi melalui citra ucapan, perbuatan, dan
komentar atau evaluasi pelaku atau tokoh dalam suatu cerita.

Dialog ialah cakapan antara seorang tokoh dengan banyak tokoh.
Dualog ialah cakapan di antara dua tokoh saja.
Monolog ialah cakapan batin terhadap kejadian lampau dan yang sedang terjadi.
Solilokui ialah bentuk cakapan batin terhadap insiden yang akan terjadi.

3. Alur dan Pengaluran
Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian insiden yang mempunyai hubungan alasannya yaitu akhir sehingga menjadi satu kesatuan yang padu lingkaran dan utuh. Alur terdiri atas beberapa pecahan :
  1. Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya.
  2. Tikaian, yaitu terjadi konflik di antara tokoh-tokoh pelaku.
  3. Gawatan atau rumitan, yaitu konflik tokoh-tokoh semakin seru.
  4. Puncak, yaitu ketika puncak konflik di antara tokoh-tokohnya.
  5. Leraian, yaitu ketika insiden konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai terungkap.
  6. Akhir, yaitu seluruh insiden atau konflik telah terselesaikan.
Pengaluran, yaitu teknik atau cara-cara menampilkan alur. Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan alur longggar. Alur erat ialah alur yang tidak memungkinkan adanya pencabangan cerita. Alur longgar yaitu alur yang memungkinkan adanya pencabangan cerita.

Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya sastra. Alur ganda ialah alur yang lebih dari satu dalam karya sastra.

Dari segi urutan waktu, pengaluran dibedakan kedalam alur lurus dan tidak lurus. Alur lurus ialah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal hingga final cerita. Alur tidak lurus ialah alur yang melukiskan tidak urut dari awal hingga final cerita. Alur tidak lurus bisa memakai gerak balik (backtracking), sorot balik (flashback), atau campauran keduanya.

4. Latar dan Pelataran
Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting dibedakan menjadi latar material dan sosial. Latar material ialah lukisan latar belakang alam atau lingkungan di mana tokoh tersebut berada. Latar sosial, ialah lukisan tata krama tingkah laku, sopan santun dan pandangan hidup. Sedangkan pelataran ialah teknik atau cara-cara menampilkan latar.

5. Pusat Pengisahan
Pusat pengisahan ialah dari mana suatu kisah dikisahkan oleh pencerita. Pencerita di sini yaitu pribadi yang diciptakan pengarang untuk memberikan cerita. Paling tidak ada dua sentra pengisahan yaitu pencerita sebagai orang pertama dan pencerita sebagai orang ketiga. Sebagai orang pertama, pencerita duduk dan terlibat dalam kisah tersebut, biasanya sebagai saya dalam tokoh cerita. Sebagai orang ketiga, pencerita tidak terlibat dalam kisah tersebut, tetapi ia duduk sebagai seorang pengamat atau dalang yang serbatahu.

Ayo Berkreasi
Ceritakan kembali legenda di halaman sebelumnya dalam bentuk diagram berikut!

Pesan moral apa yang bisa kau ambil dari legenda tadi?
Janganlah menyakiti hati ibumu lantaran dia telah susah payah membesarkan kita dari kandungan selama 9 bulan kemudian mengasuh kita hingga besar tanpa pernah mengeluh. Dia selalu melimpahkan kasih sayang dan do`a yang tiada henti-hentinya untuk keberhasilan kita. Kesempatan tidak akan tiba kedua kali, berbaktilah kita kepada orang renta selagi kesempatan itu ada di depan mata kita
Bagaimana menurutmu lingkungan perbukitan tempat tinggalku? Terlihat sejuk kan? Saat ini tempat tempat tinggalku mulai panas lantaran pohon-pohon yang sudah berkurang.
  1. Bagaimana menurutmu kondisi daerahku sekarang? Panas
  2. Mengapa menanam pohon itu menciptakan lingkungan menjadi sejuk? Dengan adanya pohon maka akan banyak oksigen yang dihasilkan tumbuhan sehingga lingkungan menjadi sejuk.
  3. Bagaimana dengan udara di tempat tempat tinggalmu? Sejuk
  4. Bagaimana cara supaya tempat tempat tinggalmu menjadi sejuk? Supaya udara sejuk sanggup dilakukan dengan banyak menanam pohon.
Ayo Bekerja Sama
Dengan teman-teman sekelasmu, tanamlah pohon di lingkungan sekitarmu.

0 Response to "Pembelajaran 3 Tema 8 Subtema 3 Gembira Tempat Tempat Tinggalku"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel