Pembelajaran 3 Tema 2 Subtema 2 Bekerja Sama Mencapai Tujuan

Ingatkah kau akan usaha Bung Tomo yang bekerja sama dengan semua cowok Surabaya dalam insiden heroik 10 November 1945? Bagaimana di kawasan lainnya?Adakah kolaborasi untuk
mempertahankan kemerdekaan?

Baca dan bandingkan dua teks berikut dengan teliti!
Teks 1
Kerja Sama Mempertahankan Kemerdekaan
“Makan siang telah siap ... Ayo Pak makan dulu. Ini nasi bungkusnya”.

“Terima kasih nak, waah..makan apa hari ini?”

“Nasi, tempe goreng, dan tumis kacang. Bapak harus segera makan, supaya cukup mempunyai tenaga untuk membawa Pak Sudirman bergerilya”.

“Terima kasih nak, Bapak makan dulu, ya”

Itulah sekelumit percakapan antara Udin dan Pak Hasan yang terjadi di sela-sela pertempuran antara pasukan Jenderal Sudirman melawan Belanda. Pak Hasan ialah prajurit Pembela Tanah Air atau PETA yang bertugas mengusung tandu yang dipakai Jenderal Sudirman ketika bergerilya keluar masuk hutan dan kawasan perbukitan.

Udin ialah seorang anak berumur sepuluh tahun yang tidak lagi bersekolah lantaran gedung sekolah rakyat di desanya di kawasan Ambarawa telah hancur terkena serangan mesiu pasukan Belanda. Ia akibatnya membantu para sukarelawan di dapur umum, mengaduk nasi, membantu membungkus, dan membagikannya pada para pejuang gerilya.

“Pasukan ... siaap ... Keadaan genting! Pasukan Belanda terus mendekat.”

“Cepat...kita harus terus bergerak masuk hutan!”

Pak Hasan segera meletakkan nasi bungkus yang gres setengah ia nikmati. Ia dengan sigap menyiapkan tandu yang segera akan ia usung membawa Jenderal Sudirman berjuang mempertahankan kemerdekaan. Udin hanya sanggup terkesima, ia bergegas merapikan sisa-sisa nasi dan kembali ke dapur umum untuk melanjutkan tugasnya.

Teks 2
Jenderal Sudirman, Pemimpin Teladan Bangsa
Sudirman ialah seorang tokoh bangsa di masa revolusi yang patut dijadikan teladan. Walau dalam usia usaha yang singkat, kobaran semangatnya untuk membela negeri menjadi wangsit hingga ketika ini. Sudirman lahir di Bondas, Karangjati, Purbalingga, pada tanggal 24 Januari 1916.

Pendidikan formal ditempuhnya di Taman Siswa dan HIK Muhammadiyah, Solo. Ia juga aktif dalam organisasi Pramuka Hizbul Wathan. Kepanduan, disiplin, serta jiwa kepemimpinan yang dikembangkannya selama ikut dalam organisasi ini menjadi bekal berharga bagi perjalanan perjuangannya.

Karir militer Sudirman diawali di Pendidikan Tentara Pembela Tanah Air (PETA). Selesai pendidikan, ia diangkat menjadi komandan batalion di Kroya. Setelah kemerdekaan, ia berhasil memimpin pasukannya untuk merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Ketika dibuat Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Sudirman diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas. Kemudian, melalui Konferensi TKR tanggal 2 November 1945 ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR. Ia menjadi jenderal di usianya yang cukup muda, 31 tahun. Tidak menyerupai prajurit lainnya yang memperoleh kenaikan pangkat melalui perguruan tinggi militer, Sudirman menerima anugerah pangkat jenderal dari Presiden Soekarno lantaran prestasi perjuangannya.

Perjuangan Sudirman terus berlanjut hingga insiden Agresi Militer Belanda yang kedua. Saat itu, Sudirman sedang dalam kondisi sakit parah. Paru-parunya hanya satu yang berfungsi. Walaupun Presiden Soekarno memerintahkannya untuk beristirahat dan menjalani pengobatan, Sudirman berkeras hati untuk ikut dalam pertempuran. Ia merasa bertanggung jawab untuk memimpin pasukannya melawan musuh.

Tujuh bulan lamanya, Sudirman memimpin pasukannya bergerilya dengan ditandu. Ia berpindah-pindah antara hutan dan pegunungan dalam keadaan fisik yang lemah. Ketika kondisinya tidak lagi memungkinkan, ia tetap memimpin pasukannya dengan menyumbangkan pemikirannya dari jauh. Sekitar dua tahun sesudah Belanda melancarkan aksi militer, pada tanggal 29 Januari 1950, Sudirman meninggal dunia pada usia 34 tahun.

Itulah Kepemimpinan Jenderal Sudirman, Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia.

Jawab pertanyaan berikut!
1. Bagaimana kondisi kehidupan di masa Perang Gerilya di ketika itu?
Kondisi kehidupan di Masa Perang Gerilya di Masa Jenderal Sudirman sangat sulit lantaran rakyat Indonesia masih dijajah. Rakyat hidup miskin, bawah umur tidak sekolah, dan pemuda-pemuda Indonesia berperang melawan penjajah.

2. Adakah nilai-nilai persatuan dan kolaborasi di masa itu? Apakah tujuan yang akan dicapai? Jelaskan dengan singkat!
Ya, nilai-nilai persatuan dan kolaborasi di masa itu sangat tinggi lantaran rakyat Indonesia merasa senasib dengan kehidupan yang miskin. Tujuan kolaborasi ketika itu ialah mencapai Indonesia merdeka.

3. Apa perbedaan kedua jenis teks tersebut? Manakah yang merupakan fiksi dan nonfiksi?
Teks SejarahTeks Fiksi
  1. Teks sejarah memuat dongeng yang benar adanya, bersifat faktual. 
  2. Tokoh dan insiden yang terjadi di dalamnya benar-benar ada dan pernah terjadi.
  1. Fiksi Sejarah ialah dongeng fiksi yang mengambil latar belakang sejarah.
  2. Teks ini memuat dongeng fiksi (bukan sebenarnya) tokohnya ialah tokoh karangan
Teks 1: teks fiksi sejarah,
Teks 2: teks sejarah (biografi Jenderal Soedirman)

4. Apa yang kau ketahui perihal teks fiksi sejarah? Jelaskan dengan singkat!
Teks fiksi sejarah yaitu jenis teks dengan latar sejarah yang benar-benar terjadi, tetapi tokoh-tokoh utama di dalam dongeng merupakan fiksi.

Ayo Menulis
Siswa menciptakan sebuah teks fiksi sejarah sederhana dengan memperhatikan kriteria yang diberikan.
  1. Teks berisi perihal cinta tanah air, persatuan dan kolaborasi untuk mencapai satu tujuan dan memasukkan informasi perihal pentingnya menjaga keutuhan wilayah Indonesia dari serangan/ancaman negara lain.
  2. Tokoh-tokoh dalam dongeng ialah rekaan, yang terjadi di masa Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia.
  3. Perhatikan penggunaan kosa kata baku, abjad besar, dan tanda baca.
Proklamasi 17 Agustus 1945
Sejak pagi-pagi hari sekali kami sudah mempersiapkan semuanya. Bagian dalam rumah dan halaman juga dirapihkan lantaran akan tiba banyak tamu, orang-orang penting. Dinding rumah juga sudah dibersihkan semenjak beberapa hari yang lalu. walau biasanya pun tetap selalu bersih, cat putihnya tampak lebih cerah sekarang. Secerah hari ini, melengkapi lapangan rumput -yang walau tak seberapa besar, tampak rapih.

Pagi ini semua memang tampak lebih sibuk dari hari-hari biasanya. Entah mengapa, Tuan Rumah tidak menyampaikan sebabnya. Kami yang bekerja di rumah ini hanya ditugaskan pekerjaan masing-masing. Ada yang mengawasi Tuan Muda yang gres berusia 1 tahun selagi Nyonya Majikan mempersiapkan yang lain. Ada juga yang ditugaskan di dapur. Aku sendiri ikut membantu Ayahku mempersiapkan halaman rumah, maklum saya masih kecil. Masih seumuran bawah umur di Sekolah Rakyat, hanya saja saya tidak seberuntung mereka.

Matahari kian tinggi walau hari masih pagi. Banyak tamu berdatangan, mereka tiba dengan kendaraannya dan diparkir di tepi jalan sana. Mereka berpakaian rapih, yang pria berpakaian jas dan yang perempuan hampir semuanya berkebaya. Tampaknya mereka bukanlah orang sembarangan.

Beberapa hari terakhir Ayah bercerita mengenai kekuasaan penjajah yang sudah mulai runtuh lantaran negaranya dibom. Ibuku juga menambahkan bahwabanyak tokoh-tokoh pergerakan Nasional tengah mempersiapkan sesuatu yang besar. Aku pun lantas bertanya-tanya apakah ini saatnya kami sebagai masyarakat pribumi terlepas dari kesengsaraan panjang ini?

Tepat jam 10:00 pagi, semua yang telah hadir tidak perlu lagi menunggu lama, bunyi teks yang dibacakan itu sungguh menggugah. Isinya menggetarkan rasa yang tak sanggup terungkap. Aku kenal sekali dengan bunyi itu, walau saya tak sanggup melihat ia lantaran posisiku dibelakang dan tertutup orang-orang di depanku.

Teks Proklamasi itu dibacakan pada 17 Agustus 1945 jam 10:00 pagi ini di Jl. Pegangsaan Timur No. 56, di rumah bercat putih di mana tadi saya ikut mempersiapkan program ini. Betapa besar hati saya telah menjadi belahan dari kemerdekaan Tanah Air ku walau hanya sedikit saja yang sudah saya lakukan. Harapanku semoga BAngsa ini terus bersatu dan tenang lantaran tidak ada yang lebih berharga selain kemerdekaan dari penjajahan. Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu bahasa: Indonesia.

Ayo Analisis
Siswa secara berpasangan melaksanakan diskusi bersama seorang sobat perihal perubahan kehidupan di Masa Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan dan di Masa Sekarang.
  1. Diskusikan bersama seorang sobat perihal perubahan kehidupan di masa usaha mempertahankan kemerdekaan dan di masa sekarang!
  2. Catat insiden penting dalam perubahan tersebut dan sajikan dalam bentuk lini masa dengan mencantumkan waktu, tempat, dan tokoh yang terlibat dalam perubahan tersebut!
Perjuangan Bersenjata dalam Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Semenjak Jepang mengalah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 maka secara aturan tidak lagi berkuasa di Indonesia. Hal ini mengakibatkan Indonesia berada dalam keadaan vacum of power (tidak ada pemerintah yang berkuasa). Kekosongan kekuasaan ini dimanfaatkan oleh Bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun Belanda masih belum mengakui kemerdekaan indonesia sehingga terjadi beberapa peristiwa.
  1. Pertempuran Lima Hari di Semarang (14-19 Oktober 1945) Pada insiden ini gugur Dokter Karyadi yang ditembak pasukan Jepang. Akhirnya pecah perang antara pasukan Jepang dengan rakyat Indonesia dan pasukan Jepang yang mengakibatkan banyaknya korban.
  2. Peristiwa heroik di Surabaya. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 diawali dengan ultimatum dari pasukan sekutu (Inggris) pada bangsa Indonesia untuk menyerahkan senjata dengan membawa bendera putih sebagai tanda mengalah pada sekutu sebagai akhir tewasnya Brigjen Mallaby. Namun hingga batas waktu yang dijanjikan tidak diindahkan akibatnya terjadilah pertempuran yang mengakibatkan banyaknya jatuh korban.
  3. Bandung Lautan Api. Peristiwa ini terjadi pada bulan Oktober 1945 ketika pasukan sekutu memasuki kota Bandung untuk mengambil alih tawanan Jepang dan melucuti senjata mereka. Pihak Sekutu juga meminta Indonesia untuk menyerahkan senjata yang berhasil dirampas dari pihak Jepang. Namun seruan itu tidak dihiraukan oleh Indonesia akibatnya tanggal 23 Maret 1946 meletuslah pertempuran tersebut. Adanya perintah dari pusat untuk mengosongkan kota Bandung, akibatnya pasukan meninggalkan kota Bandung dengan terlebih dahulu membumihanguskan kota Bandung belahan selatan.
  4. Peristiwa Medan Area. Peristiwa ini bermula dengan kedatangan pasukan sekutu yang diboncengi NICA pada tanggal 9 Oktober 1945. Kedatangan mereka yang bermaksud untuk memperkuat pasukan Westerling (Belanda) yang diterjunkan sebelumnya akibatnya menawarkan kesimpulan bahwa Belanda bermaksud untuk menjajah kembali. Akhirnya terjadi ketegangan-ketegangan yang mengakibatkan konflik antara Inonesia dengan Belanda.
  5. Peristiwa Merah Putih di Menado. Terjadi pada tanggal 14 Desember 1945 di mana para cowok Menado yang tergabung dalam pasukan KNIL bersama rakyat berhasilo merebut Menado, Tomohon, dan Minahasa dari tangan sekutu/Belanda. Daerah yang direbut tersebut dikibarkan bendera Merah Putih.
  6. Pertempuran Ambarawa. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 Desember 1945 antara pasukan Inggris (Sekutu) melawan pasukan Indonesia (Divisi V Banyumas) di bawah Kolonel Soedirman. Dalam pertempuran itu pasukan Indonesia berhasil memukul mundur pasukan Inggris. Untuk mengenangnya didirikan Monumen Palagan Ambarawa.
  7. Pertempuran Puputan Margarana di Bali. Puputan artinya perang habis-habisan. Perang ini terjadi pada tanggal 26 November 1946 antara pasukan Belanda dan rakyat Bali. Dalam peperangan ini tokoh Ngurah Rai dan seluruh pasukannya gugur.
  8. Pertempuran 11 Desember 1946 di Sulawesi Selatan. Pertempuran ini terjadi di wilayah Sulawesi Selatan sperti Polongbangkeng, Pare-Pare, dan Luwu. Pejuang yang gugur salah satunya yaitu Emmy Saelan.
  9. Agresi Militer Belanda I. Terjadi tanggal 21 Juli 1947 di mana Belanda telah melanggar Perjanjian Linggarjati dengan melancarkan serangan secara tiba-tiba.  Serangan tersebut diarahkan di kota-kota besar di Jawa dan Sumatra terutama kawasan minyak dan perkebunan.
  10. Agresi Militer Belanda II. Terjadi pada tanggal 19 Desember 1948 di Yogyakarta. Serangan ini telah melanggar Perjanjian Renville. Melihat hal ini, Sukarno dan Hata mengirim radiogram kepada Mr Syarifudin Prawiranegara yang berkunjung di Bukittinggi Sumatra untuk segera membentuk pemerintahan darurat RI di Bukittinggi.
Beberapa Perjuangan Melalui Jalur Diplomasi (Perundingan).
  1. Perundingan Soekarno – Van Mook. Pertemuan dimulai tanggal 23 Oktober 1945 di Gambir. Dalam negosiasi ini tidak menghasilkan apa-apa, namun sebagai langkah awal merintis jalan negosiasi selanjutnya.
  2. Pertemuan Sutan Syahrir – Van Mook Pertama. Pertemuan ini juga tidak menghasilkan keputusan apa-apa lantaran Belanda tetap berpegang teguh pada isi pidato Ratu Wilhelmina tanggal 7 Desember 1942.
  3. Perundingan Hooge Veluwe. Perundingan ini terjadi tanggal 14 – 21 April di Hooge Veluwe di kota kecil Belanda. Perundingan ini menemui jalan buntu yang mengakibatkan korelasi Indonesia– Belanda semakin memburuk.
  4. Perundingan Linggarjati. Perundingan ini menghasilkan : Belanda mengakui kekuasaan de facto RI atas Jawa, Madura, dan Sumatra. Pemerintah Belanda bersama RI akan bahu-membahu mendirikan Negara Indonesia Serikat (NIS)  tanggal 1 Januari 1949. RI dan Belanda merupakan satu uni (gabungan) yang dikepalai Ratu Belanda
  5. Perundingan Renville. Hasil dari negosiasi ini : Akan dibuat RIS (Republik Indonesia Serikat). Belanda akan tetap berkuasa di Indonesia hingga ketika penyerahan kedaulatan. Kedudukan RIS sejajar dengan Belanda. RI merupakan belahan dari RIS. Pasukan RI harus ditarik keluar dari kawasan pendudukan yang berhasil direbutnya. RI harus mengakui kawasan yang berhasil diduduki Belanda semenjak Agresi Militer Belanda Pertama.
  6. Perundingan Roem Royen. Hasil pertemuan ini : Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan  semua kegiatan gerilya. Pemerintah RI dikembalikan ke Yogyakarta. Pemerintah RI akan menghadiri KMB. Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan tawanan perang
  7. Perundingan Inter Indonesia. Perundingan hanya ke dalam wilayah Indonesia yang diwakili dari RI dan BFO (Negara Bagian Indonesia). Tujuannya untuk menyamakan langkah dalam menghadapi KMB di Den Haag.
  8. Perundingan KMB (Konferensi Meja Bundar). Hasil KMB ialah : Belanda mengakui kedaultan RIS (Republik Indonesia Serikat) kecuali wilayah Irian Barat yang akan diselesaikan dalam waktu satu tahun. Dibentuknya UNI Indonesia-Belanda dengan monarchi Belanda sebagai Kepala Negara. Hutang Hindia Belanda diambil alih oleh RIS.
  9. Sesuai hasil KMB, pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan upacara ratifikasi kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah RIS. Upacara ratifikasi kedaulatan dilakukan di dua tempat, yaitu Den Haag dan Yogyakarta secara bersamaan. Dalam program penandatanganan ratifikasi kedaulatan di Den Haag, Ratu Yuliana bertindak sebagai wakil Negeri Belanda Belanda dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil Indonesia. Sedangkan dalam upacara ratifikasi kedaulatan yang dilakukan di Yogyakarta, pihak Belanda diwakili oleh Mr. Lovink (wakil tertinggi pemerintah Belanda) dan pihak Indonesia diwakili Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Ayo Lakukan
Kamu akan melaksanakan jalan dan lari sehat mengelilingi sekolah dengan semangat gerilya Jenderal Sudirman. Awali kegiatan dengan doa bersama untuk mengenang perang gerilya Jenderal Sudirman dan supaya kegiatan olahraga pagi ini bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Perhatikan posisi tubuh ketika jalan dan lari!

Sprint 30 meter (Lari Cepat)
1. Pembelajaran teknik dasar start Start mempunyai 3 jenis, antara lain:
a. Start panjang
  1. Sikap jongkok rileks.
  2. Lutut kaki kanan melekat di tanah.
  3. Kaki kiri berada di depan dengan posisi jinjit.
  4. Kedua tangan melekat di atas garis start dengan membentuk abjad “V”.
  5. Pandangan rileks ke depan dan konsentrasi pada instruksi berikutnya.
b. Start menengah
  1. Sikap jongkok rileks.
  2. Lutut kaki kanan melekat di tanah.
  3. Kaki kiri berada di samping lutut kaki kanan dengan jarak kurang lebih satu kepal.
  4. Kedua tangan melekat di atas garis start dengan membentuk abjad “V”.
  5. Pandangan rileks ke depan dan konsentrasi pada instruksi berikutnya
c. Start pendek
  1. Sikap jongkok rileks.
  2. Lutut kaki kanan melekat di tanah.
  3. Kaki kiri berada di samping lutut kaki kanan dengan jarak kurang lebih satu kepal.
  4. Kedua tangan melekat di atas garis start dengan membentuk abjad “V”.
Siswa melaksanakan ketiga start tersebut, kemudian disuruh mencicipi start mana yang cocok dan gampang untuk mereka lakukan.

2. Pembelajaran start jongkok dengan instruksi start.
Dalam melaksanakan start jongkok, ada tiga tahapan yang sesuai dengan abaaba.
a. Aba-aba “Bersedia”
Apabila mendengar instruksi “bersedia”, perilaku tubuh yang dilakukan ialah sebagai berikut:
Seorang pelari melaksanakan start jongkok dengan menentukan salah satu jenis start yang sudah dipelajari di atas, yang dirasa cocok dan sesuai dengan yang mereka rasakan.

b. Aba-aba “siap”
Apabila ada instruksi “siap” maka perilaku tubuh pelari yang dilakukan ialah sebagai berikut:
  1. Lutut yang melekat di tanah diangkat, pinggul diangkat sedikit lebih tinggi dari pundak dan berat tubuh dibawa ke muka, jadi garis punggung menurun ke depan.
  2. Kaki belakang membentuk sudut 120 derajat, sedangkan kaki depan membentuk sudut 90 derajat.
  3. Lengan tetap lurus/siku jangan bengkok.
  4. Kepala tetap menunduk, leher rileks, pandangan ke bawah, jaga keseimbangan dan konsentrasi pada instruksi berikutnya.
c. Aba-aba “Ya”
Apabila mendengar instruksi “ya” maka perilaku tubuh pelari yang dilakukan ialah sebagai berikut:
  1. Menolak ke depan dengan kekuatan penuh atau gerakan meluncur.
  2. Badan tetap condong ke depan disertai dengan gerakan lengan yang diayunkan.
  3. Dilanjutkan dengan gerakan langkah kaki pendek-pendek, tetapi cepat biar tidak jatuh ke depan.
3. Pembelajaran teknik memasuki garis finish.
Teknik memasuki garis finish ada 3 macam, antara lain:
  1. Lari terus tanpa perubahan apapun.
  2. Dada dicondongkan ke depan/membusungkan dada ke depan, tangan kedua-duanya diayunkan ke bawah belakang.
  3. Dada diputar dengan ayunan tangan ke depan atas sehingga pundak sebelah maju ke depan.
4. Bentuk-bentuk pembelajaran lari.
Bentuk-bentuk pembelajaran teknik dasar lari jarak pendek antara lain sebagai berikut:
a. Siswa melaksanakan jalan dan lari sehat mengelilingi sekolah dengan semangat gerilya Jenderal Sudirman. Guru membariskan siswa secara berkelompok. Siswa lari mengelilingi sekolah sesuai barisan kelompok yang sudah dibuat oleh guru.

b. Permainan Hitam – Hijau
  1. Guru menciptakan siswa menjadi dua kelompok (A = Hitam dan B = Hijau) bangun saling berhadapan dengan jarak 1 meter.
  2. Mereka masing-masing kelompok dengan posisi start bangun dan sambil mendengarkan instruksi Hitam atau Hijau.
  3. Jika di sebut Hitam, maka kelompok A (Hitam) cepat balik arah terus lari cepat hingga batas yang sudah ditentukan. Kelompok B (Hijau) cepat mengejar dan menangkap A (Hitam).
  4. Kemudian kembali lagi ke tempat semula, siap melaksanakan perlombaan. Sebaliknya, jikalau disebut Hijau maka kelompok Hijau balik arah terus lari hingga batas yang ditentukan, kelompok Hitam (A) mengejar dan menangkapnya.
  5. Begitulah perlombaan itu dilakukan.
c. Lari 30 meter
  1. Guru menciptakan lintasan lari dengan jarak 30 meter.
  2. Siswa melaksanakan lomba lari memakai start jongkok.
  3. Guru mengambil catatan waktu yang diraih siswa.
  4. Begitu seterusnya hingga semua siswa melaksanakan perlombaan

0 Response to "Pembelajaran 3 Tema 2 Subtema 2 Bekerja Sama Mencapai Tujuan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel